Sabtu, 30 Oktober 2010

TUMBUH KEMBANG ANAK

TUMBUH KEMBANG ANAK
MENURUT ERIK ERIKSON (15 Juni 1902)

Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama siklus hidupnya, di¬bentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Inti teori Erik Erikson, yaitu:
1. Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
2. Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
3. Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
4. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.
5. Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
6. Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindsey (2000) menyatakan bahwa Erik Erickson membagi perkembangan kepribadian individu menjadi 8 (delapan) tahap yang secara garis besar terbagi menjadi:
1. Empat tahap pertama terjadi pada fase bayi dan fase kanak-¬kanak.
2. Tahap kelima terjadi pada fase remaja, yang memiliki arti sa¬ngat penting dalam teori Erickson. Pada fase ini terjadi per¬alihan dari fase kanak-kanak ke fase dewasa, dan apa yang terjadi pada fase remaja sangat menentukan terbentuknya kepribadian pada fase dewasa, yaitu: identitas, krisis identitas, dan kekacauan identitas.
3. Tiga tahap terakhir terjadi pada fase dewasa dan fase tua.
• Kepercayaan Dasar vs Ketidakpercayaan/Kecurigaan Dasar
Timbulnya kepercayaan dasar diawali dari tahap sensorik-oral, di¬tandai bayi dengan tidur tenang dan nyenyak, menyantap makanan dengan nikmat, dan defekasi dengan mudah dan lancar.
Hal-penting yang perlu dipaparkan pada fase ini, yaitu:
---> Timbulnya rasa aman pada diri anak yang terjadi akibat in¬traksi erat antara anak dan ibu.
---> Dasar perkembangan rasa aman adalah pengaruh kualitas hubungan ibu dan anak bukan kuantitas makanan atau ben¬tuk kasih sayang yang berlebihan dari ibu kepada anak.
---> Dari rasa aman, tumbuh kepercayaan dasar terhadap dunia luar.
---> Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman dan selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia sehingga timbul kecurigaan dasar.
---> Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan kepribadian skizofrenia.
---> Apabila tidak memperoleh kepercayaan terhadap dunia luar akan mengalami kepribadian skizoid, yaitu hanya melihat diri¬nya sendiri (introvert) dan akan terjadi depresi apabila men¬dapatkan stres.
• Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan
Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase anal menurut Freud. Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini, yaitu:
---> Individu mulai belajar menegakkan otonomi, namun belum dapat berpikir diskriminatif (membedakan) sehingga diperlukan adanya bimbingan.
---> Di satu sisi, lingkungan mengharapkan anak dapat mandiri, akan tetapi disisi lain ia mendapatkan perlindungan dengan maksud agar anak terhindar dari rasa malu dan ragu.
---> Anak secara bertahap berusaha untuk belajar mengendalikan diri secara mandiri.
---> Apabila berhasil tanpa kehilangan harga diri akan timbul rasa kebanggaan dan percaya diri.
---> Apabila ia tidak diberikan kesempatan dan terlalu banyak dik¬endalikan dari luar akan timbul bibit rasa malu dan ragu yang berlebihan.
---> Gangguan kepribadian akibat ketidakberhasilan pada fase ini adalah anak memiliki kepribadian obsesif-kompulsif dan bila parah memiliki kepribadian paranoid.
• Inisiatif vs Rasa Bersalah
Pada fase ini, anak sangat aktif dan banyak bergerak serta mulai mengembangkan kemampuan untuk hidup bermasyarakat. Hal-hal penting yang perlu dipahami pada fase ini, yaitu:
---> Timbul inisiatif, yang ditandai anak sudah mulai merencana¬kan permainan bersama teman sebaya yang dilakukan dengan gembira.
---> Adanya keseimbangan perkembangan fisik dan psikologis.
---> Sudah tertanam norma masyarakat yang diajarkan oleh orang tua maupun lingkungannya.
---> Timbul rasa bersalah karena terjadi persaingan dengan orang tua sejenis. Terjadi setelah dipahaminya norma masyarakat.
---> Timbul kebencian kepada orang tua karena orang tua melaku¬kan hal-hal yang semula dilarang dilakukan anak.
---> Sisa konflik yang dijumpai pada fase ini adalah reaksi histeris dan psikosomatik.
• Berkarya vs Rasa Rendah Diri
Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki pendidikan formal. Anak berusaha merebut per¬hatian dan penghargaan atas karyanya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
---> Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
---> Mulai timbul rasa tanggung jawab.
---> Mulai senang belajar bersama.
---> Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.
• Identitas vs Kekacauan Identitas
Fase ini sejajar dengan fase remaja menurut Freud. Pada fase ini dijumpai hal-hal sebagai berikut.
---> Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
---> Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
---> Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
---> Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
---> Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali.
---> Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai ma¬cam peran untuk mencari peran yang cocok dengan dirinya.
---> Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
---> Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan peri¬laku, yaitu kenakalan remaja dan mungkin juga psikotik.
• Keintiman vs Isolasi
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja. Hal-hal penting pada fase ini, yaitu:
a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
• Perhatian terhadap Apa yang Diturunkan vs Kemandekan
Hal-hal yang penting pada fase ini, yaitu:
---> Adanya perhatian terhadap keturunan.
---> Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-¬produk).
---> Adanya perhatian terhadap ide-ide.
---> Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
---> Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi perhatian, berbagi dan mem¬bagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
---> Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami ke¬mandekan kepribadian.
---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreati¬vitas berperan sebagai orang tua.
• Integritas vs Keputusasaan
Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
---> Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati ke¬untungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
---> Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
---> Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
---> Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubah¬an siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga ka¬dang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bah¬wa ajal sudah dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penye¬suaian terhadap perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam baka (kematian).

TAHAP TAHAP TUMBUHKEMBANG PADA ANAK

TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG PADA ANAK MASA SEKOLAH
March 17, 2010 by mirzal tawi
Masa usia sekolah (6-12 tahun)
Pada usia ini anak disebut juga priode intelektual, karena merupakan tahap pertama anak menggunakan sebagian waktunya untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya. Anak usia ini sedang belajar di sekolah dasar (SD) dan mendapat pelajaran tentang Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Perhatian anak sedang ditujukan kepada dunia pengetahuan tentang dunia dan alam sekelilingnya serta senang sekali membaca tentang cerita petualangan yang menambah pengalamannya. Pada usia ini terjadi perubahan-perubahan dari usia sebelumnya diantaranya ialah :
1.Minat
Minatnya objektif, perhatian lebih ditujukan pada dunia kenyataan atau dinia objektif yang dianalisa serta menunjukkan adanya hokum sebab akibat. Anak akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Jika lingkungannya mendukung anak akan lebih mudah untuk belajar kebiasaan seperti tidur dan bangun pada waktunya, makan, belajar, pada waktu dan tempatnya, dan anak mudah diajak kerja sama dan patuh. Ikut aktif dalam kepramukaan akan sangat membantu dalam pembentukan kepribadian yang stabil.
Untuk mengembangkan minat tergantung pada kesempatan yang ada, misalnya saja seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius kemungkinan besar anak tidak menauh minat pada agama. Dalam pengembangan minat, hubungan antar pribadi lebih menunjanga dari pada pengajaran khusus, juga suka atau tidak suka memainkan peranan penting, seperti anak yang tidak menyukai gurunya cenderung tidak menyukai pelajarannya.
2.Kesempurnaan
Menurut Ericson anak nampak rajin dan aktif karena ingin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan padanya. Karenanya jaga jangan sampai anak rendah diri, usahakan anak merasxa tenang, mampu berprestasi. Priode ini disebut usia sekolah kareana itu anak tidak boleh gagal dalam sekolahnya. Ia harus memperoleh kepuasan atas keberhasilannya dan kepuasan ini akan memperkuat perkembangan kepribadiannya. Sikap sukses akan memberikan perasaan mampu pada dirinya yang akan menjadi modal dasar untuk menyelesaikan tugas-tugas lebih lanjut dan lebih berat.
3.Bermain
Dengan kemajuan usianya dan bertambah popularnya bentuk hiburan seperti bacaan, film dan televisi maka kegiatan bermain menjadi berkurang.
4.Permasalahan
Dunianya makin luas demikian pula minatnya dengan pelajaran formal di sekolah, pembahasan mengenai lingkungan meningkat.melalui kemampuan membaca anak dapat bertukar pikiran dengan teman-teman sebayanya. Dengan demikian anak mengembangkan sikap yang realistis mengenai hidup.
5.Moral
Kontaknya anak dengan orang lain membuat pandangan atau konsepnya semakin luas. Ia menemukan apa yang selama ini dianggap benar atau salah di rumah yang tidak selamanya sesuai dengan di luar rumah. Sehingga ukuran-ukuran baru mengenai moral anak tumbuh secara bertahap yang kadang-kadang bertentangan dengan yang dianut orang tua. Anak mengemban rasa kejujuran dan keadil;an yang tinggi dan ia tidak segan-segan memprotes bila ia diperlakukan tidak adil.
6.Hubungan Keluarga
Walaupun lingkungan anak telah bertambah luas pengaruh orang tua masih membekas dalam perkembangan kepribadiannya. Misalnya orang tua yang berambisi, dapat mempengaruhi anak menjadi kurang tenang, tidak aman dan tidak menerima bila gagal mencapai harapan-harapan orang tua.
7.Salah Didikan
Jika salah didikan akan timbul berbagai masalah prilaku seperti mengompol, berbohong, suka berkelahi, nakal dan malas belajar, mengganggu adik-adiknya, melancong, melamun, lari dari rumah, tidak naik kelas, merokok, dsb. Untuk memperbaiki salah penyesuaiian diri perlu diteliti latar belakang kehidupan anak, mengapa hal itu terjadi, sering ditemukan sebabnya, karena kurang perhatian orang tua.

Rabu, 27 Oktober 2010

Hitung Darah Lengkap (HDL)

Hitung Darah Lengkap (HDL)

Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Hasil tes menyebutkan jumlahnya dalam darah (misalnya jumlah sel per millimeter kubik) atau persentasenya. Tes laboratorium lain dibahas pada Lembaran Informasi (LI) 107 dan 108.
Semua sel darah dibuat di sumsum tulang. Beberapa obat dan penyakit dapat merusak sumsum tulang sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah dan putih.
Setiap laboratorium mempunyai ‘nilai rujukan’ untuk semua hasil tes. Biasanya, tes laboratorium akan memperlihatkan hasil tes yang berada di luar nilai normal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hasil tes laboratorium, lihat LI 105.
Laporan hasil sering sulit ditafsirkan. Beberapa angka dilaporkan dengan satuan ‘x10.e3’ atau ‘x103’. Ini berarti jumlah yang dicatat harus dikalikan 1.000. Contohnya, bila hasil adalah 8,77 dengan unit ‘x10.e3’, jumlah sebenarnya adalah 8.770.

Tes Sel Darah Merah

Sel darah merah, yang juga disebut sebagai eritrosit, bertugas mengangkut oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Fungsi ini dapat diukur melalui tiga macam tes. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah; hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lainnya; dan hematokrit (Ht atau HCT) yang mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah.
Orang yang tinggal di dataran tinggi umumnya mempunyai lebih banyak sel darah merah. Ini merupakan upaya tubuh mengatasi kekurangan oksigen. Eritrosit, Hb dan Ht yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak mendapat cukup oksigen untuk berfungsi secara normal. Jika kita anemia, kita sering merasa lelah dan terlihat pucat. Tentang kelelahan, lihat LI 551 dan anemia, LI 552.
Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. MCV yang kecil berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis. MCV yang besar dapat disebabkan oleh obat HIV, terutama AZT dan d4T. Ini tidak berbahaya. MCV yang besar menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat.
Red Blood Cell Distribution Width (RDW) mengukur lebar sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin.
Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH) dan Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin. MCH dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel darah merah total.
Trombosit atau platelet (PT atau PLT) berfungsi membantu menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng. Jika trombosit kita kurang, kita mudah mengalami perdarahan atau memar. Orang HIV-positif kadang trombositnya rendah (disebut trombositopenia). Obat HIV dapat mengatasi keadaan ini. Trombosit tinggi biasanya tidak punya pengaruh besar pada kesehatan.

Tes Sel Darah Putih

Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam tubuh kita.
Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total sel darah putih. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) artinya tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah disebut leukopenia atau sitopenia yang berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi. Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri, dan dilaporkan sebagai persentase leukosit atau %NEUT. Biasa jumlahnya 55-70 persen. Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kita lebih mudah terkena infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut, obat HIV seperti gansiklovir (untuk mengatasi virus sitomegalo, lihat LI 501) dan AZT (obat antiretroviral; lihat LI 420) dapat menyebabkan neutropenia.
Ada dua jenis utama limfosit: sel-B untuk membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman; dan sel-T untuk menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh. Salah satu jenis sel-T adalah sel CD4, yang diinfeksi dan dibunuh oleh HIV (lihat LI 412). Jumlah limfosit umumnya 20-40 persen leukosit. Hitung darah lengkap biasanya tidak termasuk tes CD4. Tes CD4 ini harus diminta sebagai tambahan. Hasil hitung darah lengkap tetap dibutuhkan untuk menghitung jumlah CD4, sehingga dua tes ini umumnya dilakukan sekaligus.
Monosit atau makrofag diukur sebagai persentase leukosit (%MONO) dan biasanya 2-8 persen. Sel ini melawan infeksi dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Bila monosit ada di jaringan tubuh, mereka disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi menunjukkan adanya infeksi bakteri.
Eosinofil (%EOS) biasanya 1-3 persen leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat menyebabkan jumlah eosinofil yang tinggi. Jumlah meningkat terutama jika kita diare, kentut, atau perut kembung. Hal ini menandai adanya parasit.
Fungsi basofil (%BASO) tidak begitu dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini jumlahnya kurang dari 1 persen leukosit.
Persentase limfosit (%LYMP) mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase leukosit. Untuk memperoleh limfosit total, nilai ini dikalikan dengan leukosit. Misalnya, bila limfosit 30,2 persen dan leukosit 8.770, limfosit totalnya adalah 0,302 x 8.770 = 2.648.

Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org

Sayangi Hati, Minumlah Kopi

Perilaku Kekerasan (Amuk) pada Pasien Jiwa

Pertanyaan klise yang paling sering diajukan ketika saya bertemu dengan orang yang baru tahu kalau saya bekerja sebagai perawat di RSJ adalah: " Bagaimana jika ada pasien yang mengamuk? Apa yang akan saya lakukan (atau mungkin lebih tepat apa yang akan dilakukan oleh petugas di RS)?" Saya tidak heran, mereka menanyakan hal itu karena belum tahu. Bahkan pertanyaan seperti itu juga diajukan oleh mahasiswa dan petugas kesehatan yang notabene pernah mempelajarinya di bangku kuliah tapi belum pernah masuk lingkungan Rumah Sakit Jiwa. Melalui tulisan ini saya ingin mengajak pembaca untuk menyelami salah satu dari banyak gejala yang mungkin timbul pada pasien dengan gangguan jiwa (malah mungkin yang paling ditakuti kebanyakan orang), yaitu perilaku amuk dan penanganannya di RS.

Darimana asalnya perilaku amuk?

Perilaku amuk (kekerasan) adalah salah satu bentuk ekspresi perasaan marah. Manifestasi perasaan marah dapat berbeda pada setiap individu dan berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptive, dari respon asertif – frustrasi – pasif – agresif – sampai kekerasan. Asertif artinya mengungkapkan perasaan secara spontan, tegas dan terbuka tanpa menyakiti perasaan orang lain. Frustrasi adalah respon marah yang dimanifestasikan dalam bentuk rasa kecewa, kalah, terkekang, gagal karena tidak mendapatkan kebutuhan/keinginannya. Pasif adalahkeadaan emosional dimana individu berusaha menekan respon marahnya, melarikan diri secara psikis dan meniadakan kenyataan bahwa ia membutuhkan sesuatu yang gagal terpenuhi, bisa berwujud sikap apatis/tidak peduli, masa bodoh, dan tidak mau tahu. Agresif merupakan perilaku menuntut disertai ancaman kata-kata tanpa niat melukai, ybs memperlihatkan permusuhan tapi umumnya masih bisa mengontrol perilakunya. Kekerasan (amuk) adalah perilaku tak terkendali yang ditandai dengan menyentuh diri sendiri atau orang lain secara menakutkan, mengancam disertai melukai pada tingkat ringan sampai melukai/merusak secara serius.
Coba perhatikan gambar foto anak kecil yang sedang mengekspresikan perasaannya di samping. Ada suatu keinginan dari si anak yang tidak dapat dipenuhi oleh orang tuanya karena suatu alasan yang tidak bisa dipahami oleh anak itu. Menurut Anda, respon marah yang mana dari semua respon marah di atas yang saat ini sedang diperlihatkan oleh si anak? Adaptif atau maladaptif?
Dari keterangan di atas tampak jelas bahwa perilaku amuk (kekerasan) timbul dari perasaan marah. Marah didefinisikan sebagai perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995). Perasaan ini normal dan dapat muncul pada siapa pun, tidak hanya pada pasien jiwa. Tetapi marah yang diekspresikan dengan agresif dan amuk jelas tidak dapat diterima oleh norma social (maladaptive).
Faktor Presipitasi (pencetus)
Berbagai macam stressor dalam kehidupan dapat menjadi pencetus perilaku kekerasan. Stressor bisa berasal dari diri sendiri (kelemahan/penyakit fisik, keputus-asaan, kegagalan meraih sesuatu yang diinginkan, harga diri rendah), situasi lingkungan (lingkungan yang ribut, padat), atau interaksi dengan orang lain (kritikan yang mengarah pada hinaan, kehilangan orang/barang yang dicintai, perasaan ditolak/diabaikkan, dizalimi, dsb).
Faktor predisposisi (yang memudahkan)



  1. Psikologis. Kegagalan, masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan: perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
  2. Perilaku. Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan (misal:"Bagus, pukul lagi, kamu kan anak laki!"), sering mengobservasi kekerasan di rumah / di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu untuk mengadopsi perilaku kekerasan.
  3. Sosial budaya. Budaya tertutup dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
  4. Bioneurologis. Banyak pendapat bahwa kerusakan otak pada system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak-seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan dapat dilakukan oleh siapapun dan dapat disebabkan oleh apapun. Kehidupan ini terlalu kompleks. Banyak stressor datang menghampiri kita dan jikalau kita tidak bisa menyesuaikan diri maka mungkin saja kita meresponnya dengan cara-cara yang maladaptif termasuk dengan mengamuk. Meski perilaku kekerasan sukar diprediksi karena setiap orang dapat bertindak keras, ada kelompok tertentu yang memiliki kecenderungan untuk melakukannya. Kelompok itu adalah: pria berusia 15 - 25 tahun, orang kota, kulit hitam, atau subgrup dengan budaya kekerasan; peminum alkohol.

Individu yang beresiko melakukan tindak kekerasan
Kunci penentu perilaku kekerasan pada individu adalah: riwayat perilaku kekerasan pada masa lalu, pengguna aktif alkohol, kekerasan fisik pada masa kanak-kanak, dan beberapa bentuk trauma otak.

Tanda-tanda meningkatnya kemarahan
Secara fisik terjadi perubahan-perubahan pada individu seiring dengan meningkatnya kemarahan seperti: muka merah, pandangan tajam, otot-otot tegang, nada suara meninggi, dan berdebat. Sering pula tampak pada pasien jiwa dengan perilaku kekerasan memaksakan kehendak misalnya merampas barang, memukul jika tidak senang. Secara verbal, tidak jarang individu menyatakan perasaan marahnya dengan kasar dan nada tinggi sehingga menarik perhatian. Umumnya tidak sulit untuk menentukan seseorang dalam keadaan amuk karena perubahan perilakunya tampak jelas. Yang sulit adalah memprediksikan seseorang akan melakukan tindak kekerasan.

Bagaimana penanganan pasien dengan perilaku amuk di RS?

Penanganan pasien amuk di RS terdiri dari Managemen Krisis dan Managemen Perilaku Kekerasan. Managemen krisis adalah penanganan yang dilakukan pada saat terjadi perilaku amuk oleh pasien. Tujuannya untuk menenangkan pasien dan mencegah pasien bertindak membahayakan diri, orang lain dan lingkungan karena perilakunya yang tidak terkontrol. Sedangkan managemen perilaku kekerasan adalah penanganan yang dilakukan setelah situasi krisis terlampaui, di mana pasien telah dapat mengendalikan luapan emosinya meski masih ada potensi untuk untuk meledak lagi bila ada pencetusnya.
Managemen krisis
Pada saat situasi krisis, di mana pasien mengalami luapan emosi yang hebat, sangat mungkin pasien melakukan tindak kekerasan yang membahayakan baik untuk diri pasien, orang lain, maupun lingkungan. Walaupun sulit sedapat mungkin pasien diminta untuk tetap tenang dan mampu mengendalikan perilakunya. Bicara dengan tenang, nada suara rendah, gerakan tidak terburu-buru, sikap konsisten dan menunjukkan kepedulian dari petugas kepada pasien biasanya mampu mempengaruhi pasien untuk mengontrol emosi dan perilakunya dengan lebih baik.
Bila pasien tidak bisa mengendalikan perilakunya maka tindakan pembatasan gerak (isolasi) dengan menempatkan pasien di kamar isolasi harus dilakukan. Pasien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan pembatasan interaksi dengan orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan. Pada saat akan dilakukan tindakan isolasi ini pasien diberi penjelasan mengenai tujuan dan prosedur yang akan dilakukan sehingga pasien tidak merasa terancam dan mungkin ia akan bersikap lebih kooperatif. Selama dalam kamar isolasi, supervisi dilakukan secara periodik untuk memantau kondisi pasien dan memberikan tindakan keperawatan yang dibutuhkan termasuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, dsb.
Bila tindakan isolasi tidak bermanfaat dan perilaku pasien tetap berbahaya, berpotensi melukai diri sendiri atau orang lain maka alternatif lain adalah dengan melakukan pengekangan/pengikatan fisik. Tindakan ini masih umum digunakan petugas di RS dengan disertai penggunaan obat psikotropika. Untuk menghindari ego pasien terluka karena pengikatan, perlu dijelaskan kepada pasien bahwa tindakan pengikatan dilakukan bukan sebagai hukuman melainkan pencegahan resiko yang dapat ditimbulkan oleh perilaku pasien yang tidak terkendali. Selain itu juga perlu disampaikan pula indikasi penghentian tindakan pengekangan sehingga pasien dapat berpartisipasi dalam memperbaiki keadaan. Selama pengikatan, pasien disupervisi secara periodik untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien dan memberikan tindakan keperawatan yang diperlukan. Selanjutnya pengekangan dikurangi secara bertahap sesuai kemampuan pasien dalam mengendalikan emosi dan perilakunya, ikatan dibuka satu demi satu, dilanjutkan dengan pembatasan gerak (isolasi), dan akhirnya kembali ke lingkungan semula.
Pasien yang melakukan kekerasan dan melawan paling efektif ditenangkan dengan obat sedatif dan atau antipsikotik yang sesuai. Obat sedatif yang biasa digunakan misalnya Valium injeksi 5 - 10 mg atau lorazepam (Ativan) 2 -4 mg yang bisa diberikan secara intramuskuler atau intravaskuler. Pada umumnya obat antipsikotik yang paling bermanfaat untuk pasien jiwa yang melakukan kekerasan adalah injeksi Haloperidol 5 -10 mg yang diberikan secara intra muskuler.
Alternatif lain jika obat-obat farmakoterapi tidak efektif adalah dengan ECT (Electro ConvulsionTherapy), suatu upaya menimbulkan kejang umum dengan induksi listrik pada sel otak. Aliran listrik yang digunakan sangat kecil dan berlangsung sangat singkat. Untuk mendapatkan efek menguntungkan dari ECT maka kejang umum harus timbul segera setelah pemberian ECT. Biasanya setelah mengalami kejang umum, pasien akan tertidur beberapa saat dan ketika bangun perilaku agitatifnya sudah menurun. Therapi ini aman dan efektif untuk mengendalikan kekerasan psikotik. Satu atau beberapa kali ECT dalam beberapa jam biasanya mengakhiri suatu episode kekerasan psikotik.
Wah..capek juga nih berpikir, mengingat, dan mencari bahan sambil ngetik. Udah dulu ah... Biarlah masalah managemen perilaku kekerasan dipending untuk bahan posting berikutnya dan menjadi hutang yang harus saya bayar nanti kalau ada kesempatan. Semoga bermanfaat...
to be continued



Sumber:
  1. Budi Anna Kelliat (2002): Makalah Pelatihan Nasional "Asuhan Keperawatan Jiwa dan Komunikasi Therapeutik Keperawatan", PPNI Komisariat RS Dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Tidak Dipublikasikan.
  2. Kaplan & Saddock (1997): Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Edisi VII, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
  3. David A. Tomb (2003): Buku Saku Psikiatri, Edisi VI, EGC, Jakarta.
  4. Kartini Kartono & Dali Gulo (2000): Kamus Psikologi, Pionir Jaya, Bandung.

D



Rabu, 20 Oktober 2010

pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll
2. Palpasi
Adlaah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
3. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
4. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.

Selasa, 19 Oktober 2010

TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MENURUT ERIK ERIKSON

  1. TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MENURUT ERIK ERIKSON (1902-1994)
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama siklus hidupnya, di¬bentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Inti teori Erik Erikson, yaitu:
  1. Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
  2. Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
  3. Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
  4. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.
  5. Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
  6. Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
  7. Prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
    1. Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan dan berurutan.
    2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau proximodistal
    3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
    4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
    5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis
  • Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson )
Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.

Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Berikut adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:

  1. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
  • Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orangtua maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
  • Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman dan selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia sehingga timbul kecurigaan dasar.
  • Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan kepribadian/skizofrenia.
  • Apabila tidak memperoleh kepercayaan terhadap dunia luar akan mengalami kepribadian skizoid, yaitu hanya melihat dirinya sendiri (introvert) dan akan terjadi depresi apabila stres.
b. Tahap Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan ( 2 – 3 tahun)
- Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll.
  • Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
c. Tahap inisiatif vs rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
- Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya.
  • Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
- Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
  • Berkarya vs Rasa Rendah Diri (6 – 11 tahun)
    Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki pendidikan formal. Anak berusaha merebut per¬hatian dan penghargaan atas karyanya.
    Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
    ---> Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
    ---> Mulai timbul rasa tanggung jawab.
    ---> Mulai senang belajar bersama.
    ---> Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.
  • Identitas vs Kekacauan Identitas ( mulai 12 tahun)
    Fase ini sejajar dengan fase remaja menurut Freud. Pada fase ini dijumpai hal-hal sebagai berikut.
    ---> Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
    ---> Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
    ---> Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
    ---> Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
    ---> Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali.
    ---> Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai ma¬cam peran untuk mencari peran yang cocok dengan dirinya.
    ---> Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
    ---> Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan peri¬laku, yaitu kenakalan remaja dan mungkin juga psikotik.
  • Keintiman vs Isolasi ( dewasa awal )
    Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja. Hal-hal penting pada fase ini, yaitu:
    a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
    b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
  • Perhatian terhadap Apa yang Diturunkan vs Kemandekan (dewasa tengah)
    Hal-hal yang penting pada fase ini, yaitu:
    ---> Adanya perhatian terhadap keturunan.
    ---> Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-¬produk).
    ---> Adanya perhatian terhadap ide-ide.
    ---> Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
    ---> Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi perhatian, berbagi dan mem¬bagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
    ---> Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami ke¬mandekan kepribadian.
    ---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreati¬vitas berperan sebagai orang tua.
  • Integritas vs Keputusasaan (dewasa lanjut)
    Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
    ---> Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati ke¬untungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
    ---> Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
    ---> Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
    ---> Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubah¬an siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga ka¬dang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bah¬wa ajal sudah dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
    ---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penye¬suaian terhadap perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam baka (kematian).
  1. TUGAS PERKEMBANGAN ANAK


Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
  1. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
  2. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus :
1.Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
  1. KRISIS PERKEMBANGAN ANAK














































Sabtu, 09 Oktober 2010

the viking


viking

Bangsa Viking merupakan para perompak pemberani dari daratan Norwegia,Swedia,dan
Denmark.Diantara tahun 800 dan 1100 M,mereka menyisir pantai barat laut Eropa
dalam kapal panjang untuk mencari dan membawa barang rampasan yang sangat
berharga.
Masyarakat pada masa itu pada umumnya sangat takut dengan serangan kilat dan
kebrutalan Bangsa Viking,sebuah doa dari masa itu berbunyi "Selamatkan kami
Tuhan,dari kemarahan Norsemen (Bangsa Viking).Mereka kerap memporakporandakan
tanah kami.Mereka memebunuh anak-anak dan wanita kami"
Para Viking membanggakan diri atas keberanian mereka saat berperang,sebagian
besar berperang dengan berjalan kaki dan membawa pedang,tombak,serta kapak.Sedangkan
para petingginya menggunakan kuda perang.
Pasukan "pengejut" yang disebut berserker memimpin serangan.Berserk adalah
bangsa Norse dengan ciri khas 'tanpa mengenakan baju perang besi' dengan tampang
yang bengis dan tubuh yang kekar,serta sifatnya yang brutal.
Sebelum berperang,mereka menjadi gila bertempur dengan mabuk dan narkotika serta
mempercayakan pada Dewa mereka,Odin,agar mereka tetap selamat.
Kata Viking dipakai ahir-ahir ini saja,masyarakat pada waktu itu menyebut mereka
Norsemen.Kata tersebut mungkin berasal dari Vik,sebuah Kota pusat perompak di
Norwegia.Ketika para Norsemen pergi 'sebagai seorang Viking',berarti mereka
bertarung sebagai seorang perompak.Bangsa Viking Swedia yang menetap di Eropa
Timur mungkin disebut sebagai Runs,dan jadilah Rusia sebagai nama mereka.
Namun,tidak semua Bangsa Viking perompak,di tanah airnya,mereka adalah petani
dan nelayan,pedangan dan perajin.Banyak diantara mereka pergi bersama perompak
dan hidup di Prancis utara,Inggris Utara,dan Irlandia.
Kerap kali mereka menyerang Inggris dan Irlandia,lalu menjarah hingga ke
Gibraltar dan Mediterania.






Armada Laut Bangsa Viking


Di Eropa Timur,kapal Bangsa Viking membawa mereka sampai ke pedalaman dan
menyusuri berbagai sungai.Mereka bertualang sangat jauh sampai kedaerah Rusia
dan Ukraina,kadang-kadang merampok menyisir Konstantinopel,yang sering disebut
Miklagard/Kota Besar.
Sedangkan para Viking yang tinggal di Perancis Utara disebut Bangsa Norman.Raja
mereka yang terkenal adalah William Sang Penakluk,yang menduduki Inggris di
tahun 1066.
Para Viking umumnya merupakan pelaut ulung dan tangguh,kapal-kapal kayu mereka
yang disebut kapal panjang merupakan sebuah kontruksi kapal laut yang sangat
kokoh,ringan dan mempunyai bagian bawah datar yang memungkinkan untuk berlayar
di sungai yang dangkal dan juga diperairan terbuka.

Rabu, 09 Juni 2010