Selasa, 19 Oktober 2010

TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MENURUT ERIK ERIKSON

  1. TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MENURUT ERIK ERIKSON (1902-1994)
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama siklus hidupnya, di¬bentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Inti teori Erik Erikson, yaitu:
  1. Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
  2. Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
  3. Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
  4. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.
  5. Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
  6. Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
  7. Prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
    1. Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan dan berurutan.
    2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau proximodistal
    3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
    4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
    5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis
  • Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson )
Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.

Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Berikut adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:

  1. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
  • Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orangtua maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
  • Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman dan selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia sehingga timbul kecurigaan dasar.
  • Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan kepribadian/skizofrenia.
  • Apabila tidak memperoleh kepercayaan terhadap dunia luar akan mengalami kepribadian skizoid, yaitu hanya melihat dirinya sendiri (introvert) dan akan terjadi depresi apabila stres.
b. Tahap Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan ( 2 – 3 tahun)
- Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll.
  • Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
c. Tahap inisiatif vs rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
- Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya.
  • Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
- Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
  • Berkarya vs Rasa Rendah Diri (6 – 11 tahun)
    Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki pendidikan formal. Anak berusaha merebut per¬hatian dan penghargaan atas karyanya.
    Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
    ---> Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
    ---> Mulai timbul rasa tanggung jawab.
    ---> Mulai senang belajar bersama.
    ---> Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.
  • Identitas vs Kekacauan Identitas ( mulai 12 tahun)
    Fase ini sejajar dengan fase remaja menurut Freud. Pada fase ini dijumpai hal-hal sebagai berikut.
    ---> Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
    ---> Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
    ---> Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
    ---> Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya.
    ---> Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali.
    ---> Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai ma¬cam peran untuk mencari peran yang cocok dengan dirinya.
    ---> Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
    ---> Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan peri¬laku, yaitu kenakalan remaja dan mungkin juga psikotik.
  • Keintiman vs Isolasi ( dewasa awal )
    Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja. Hal-hal penting pada fase ini, yaitu:
    a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
    b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
  • Perhatian terhadap Apa yang Diturunkan vs Kemandekan (dewasa tengah)
    Hal-hal yang penting pada fase ini, yaitu:
    ---> Adanya perhatian terhadap keturunan.
    ---> Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-¬produk).
    ---> Adanya perhatian terhadap ide-ide.
    ---> Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
    ---> Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi perhatian, berbagi dan mem¬bagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
    ---> Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang lemah, individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami ke¬mandekan kepribadian.
    ---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreati¬vitas berperan sebagai orang tua.
  • Integritas vs Keputusasaan (dewasa lanjut)
    Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
    ---> Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati ke¬untungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
    ---> Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
    ---> Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
    ---> Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubah¬an siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga ka¬dang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bah¬wa ajal sudah dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
    ---> Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penye¬suaian terhadap perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam baka (kematian).
  1. TUGAS PERKEMBANGAN ANAK


Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
  1. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
  2. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus :
1.Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
  1. KRISIS PERKEMBANGAN ANAK














































Tidak ada komentar:

Posting Komentar