GUILLAN BARRE SYNDROME ( GBS )
- DEFINISI
Guillan Barre Syndrome ( GBS ) merupakan suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstermitas tubuh yang disebabkan oleh kelainan saraf tepi dan bukan oleh penyakit yang sistematis.
GBS merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimmune dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis ( Bosch, 1998)
GBS adalah proses peradangan akut dengan karakteristik kelemahan motorik dan paralisis yang disebabkan karena demyelin pada saraf perifer.
Istilah lain dari GBS adalah Akut Idiopatik Polyneuritis, Infeksius Polyneuritis, Landry Guillan Barre Stohl Syndrome, Landdry’s Paralisis. Sindrom ini berupa paralisis flaccid asenden simetris yang berkembang secara cepat, biasanya mengikuti infeksi virus.
- ETIOLOGI
Secara pasti penyebab GBS tidak diketahui, namun namun diduga berkaitan dengan :
·
Penyakit akut, trauma, pembedahan, dan
imunisasi 1 – 4 minggu sebelum tanda dan gejala GBS ( 15% dari kasus ).
·
Infeksi
saluran pernapasan akut, gastrointestinal ( 50% dari kasus )
·
Reaksi
immunologi
3. PATOFISIOLOGI
Pada
umumnya penyakit ini didahului oleh infeksi influenza saluran pernapasan. Pada
saat inilah kita merasa nafas tersumbat seperti orang flu.Setelah nafas
tersumbat di dalam tubuh terjadi reaksi autoimun, yakni sistem kekebalan tubuh
sendiri yang menyerang bagian dari ujung - ujung saraf. Pada saat inilah
terjadi kesemutan. Karena kesemutan atau Parestesia itu timbul bila terjadi gangguan
pada serabut saraf. Pada penderita GBS yang akut, kesemutan tidak hanya pada
tangan tetapi bisa menjalar ke kaki hingga ke perut. Itulah sebabnya penyakit
GBS ini bisa menyebabkan kelumpuhan, bahkan bisa juga menyebabkan kematian
apabila kerusakan saraf pernafasan sudah mencapai akar saraf di leher sehingga
pasien kesulitasn bernafas dan menyebabkan kematian mendadak.
Mekanisme
bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi
terjadinya demielinisasi akut pada GBS masih belum diketahui
dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi
pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi. Bukti-bukti bahwa
imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada
sindroma ini adalah:
Ø didapatkannya
antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi mediated immunity) terhadap
agen infeksious pada saraf tepi.
Ø adanya auto antibodi terhadap sistem saraf
tepi
Ø didapatkannya
penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh darah saraf
tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi. Proses demyelinisasi
saraf tepi pada GBS dipengaruhi oleh respon imunitas seluler dan
imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya, yang paling
sering adalah infeksi virus.
4. GEJALA KLINIS
a.
Gangguan
motorik
·
Kelemahan
otot secara asending dengan paralisis flasid dan atropi
·
Kesulitan
berjalan
·
Menurunnya
atau tidak adanya refleks tendon dalam
·
Gangguan
pernapasan ( dispnea, menurunnya bunyi napas, menurunnya tidal volume, dan
vital capacity ).
·
Kehilangan
kontrol bowel dan bladder
b.
Gangguan
sensorik
·
Paresthesia
·
Nyeri
( kram )
c.
Kerusakan
saraf kranial
·
Kelemahan
otot wajah
·
Dysphagia
·
Diplopia
·
Kerusakan
saraf kranial ( IX, X, XI, XII )
d.
Gangguan
saraf otonomi
·
Tekanan
darah tidak stabil
·
Kardiak
disritmia
·
Takhikardia
Selain itu, akan terasa pusing seperti
terhuyung-huyung, mulut terasa asam, badan lemas, sesekali terasa dingin di
telapak masih terasa 2 – 3 hari setelah kejadian.
5. KOMPLIKASI
·
Kegagalan
jantung
·
Kegagalan
pernapasan
·
Infeksi
dan sepsis
·
Trombosis
vena
·
Emboli
paru
·
Syndrome
of Innapproriate Secretion of Antidiuretik Hormon ( SIADH ).
·
Polinneuropatia
terutama oleh karena defisiensi atau metabolic
·
Tetraparese
oleh karena penyebab lain
·
Hipokalemia
·
Miastenia Gravis
·
Kelumpuhan
otot pernafasan
·
Dekubitus
6. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan GBS
adalah pencegahan komplikasi immobilisasi, infeksi dan kegagalan pernapasan.
a) Perawatan pernapasan : antisipasi
kegagalan pernapasan, persiapan ventilator, pemeriksaan AGD.
b) Monitoring hemodinamik dan
kardiovaskuler
c) Managemen bowel ( traktus
digestivus), bladder (kandung kemih ),breathing (pernapasn), body and skin care
( badan dan kulit ), mata dan mulut.
d) Support nutrisi
e) Perawatan immobilisasi
f) Plasmapheresis : penggantian plasma
untuk meningkatkan kemampuan motorik.
g) Pengobatan : Kortikosteroid,
immunosuppresive, antikoagulan
h) Pembedahan : Tracheostomy, indikasi
kagagalan pernapasan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GUILLAN BARRE SYNDROME
( GBS )
1. PENGKAJIAN
a.
Identitas
klien : meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
b.
Keluhan
utama : kelumpuhan dan kelemahan
c.
Riwayat
kesehatan :
o
Riwayat
kejadian / gejala
o
Riwayat
penyakit ISPA, trauma, pembedahan, imunisasi
o
Riwayat
hepatitis, influenza
d.
Pemeriksaan
Fisik
o
B1(Breathing)
Kesulitan bernafas / sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital / paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.
Kesulitan bernafas / sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital / paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.
o
B2(Bleeding)
Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan.
Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan.
o
B3(Brain)
Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara turun), fluktuasi suhu badan.
Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara turun), fluktuasi suhu badan.
o
B4(Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
o
B5(Bowel)
Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun, konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.
Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun, konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.
o
B6(Bone)
Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera / injuri fraktur tulang, hemiplegi,paraplegi.
Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera / injuri fraktur tulang, hemiplegi,paraplegi.
e. Pemeriksaan
Psikososial
·
Rasa kecemasan, ketakutan dan panik
·
Intonasi bicara yang lambat
·
Penampilan fisik
·
Kemampuan kognitif
2.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
a.
Tidak efektifnya pola napas, tidak
efektifnya bersihan jalan napas, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
kelemahan otot pernapasan atau paralisis, berkurangnya refleks batuk,
immobilisasi.
Data Pendukung
·
Kesulitan bernafas
·
Berkurangnya bunyi napas
·
Perubahan nilai AGD
·
Perubahan warna kulit ( pucat )
·
Penurunan kesadaran
·
Perubahan frekuensi pernapasan, napas
pendek
·
Penumpukan sekret
Tujuan :
setelah dilakukan
perawatan sekret bersih, saliva bersih,
stridor (-), sumbatan tidak terjadi
Kriteria Hasil
·
Pernapasan optimal
·
Bunyi napas normal
·
Jalan napas paten
·
Nilai AGD dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Monitor jumlah pernapasan, irama dan
kedalamannya setiap 1 – 4 jam
2.
Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam
3.
Pertahankan kepatenan jalan napas,
suction dan bersihkan mulut.
4.
Bantu pasien untuk batuk efektif.
5.
Lakukan fisioterapi dada
6.
Kolaborasi dalam pemberian O₂
7.
Monitor AGD
8.
Kaji tingkat kesadaran dan warna
kulit
|
·
Paralisis pernapasan dapat terjadi 48
jam
·
Bunyi napas indikasi adekuatnya
ventilasi
·
Jalan napas paten
·
Meningkatkan kepatenan jalan napas
·
Mencegah pneumonia dan atelektasis
·
Pemenuhan kebutuhan oksigen
·
Mengetahui perubahan oksigen dalam
darah
·
Perubahan AGD akan mempengaruhi
tingkat kesadaran dan warna kulit
|
b.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan otot, paralisis, ataksia
Data Pendukung
·
Pasien menyatakan kelemahan dan
paresthesia
·
Ketidakmampuan melakukan aktifitas
·
Adanya kelemahan otot yang menjalar ke
atas
·
Kekuatan otot menurun
·
Atropi
·
Hilangnya sensori
·
Hilangnya refleks tendon
Tujuan :
setelah dilakukan perawatan
tindakan Keperawatan selama 2 x 24 jam gangguan mobilitas fisik tidak akan terjadi.
Kriteria Hasil
·
Pasien partisipasi dalam perawatan
·
Mobilisasi aktif atau pasif
·
Tidak terdapat komplikasi berhubungan
dengan immobilisasi
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji fungsi motorik dan sensorik
setiap 4 jam
2. Kaji derajat
ketergantungan pasien
3. Kaji saraf
kranial setiap 4 jam
4. Bantu
ambulasi pasien
5. Kaji
kemungkinan komplikasi
o
Tromboli paru
o
Radang paru
6. Lakukan alih
posisi setiap 2 jam
7. Lakukan ROM
8. Pertahankan
sikap tubuh yang terapeutik pada bahu, lengan, panggul dan tungkai
9. Gunakan
footboard untuk mengganjal tumit
10. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat :
o
Kortikosteroid
o
Heparin
o
Antibiotik
o
Immunosupresi
|
·
Paralisis otot dapat terjadi dengan
cepat dengan pola yang makin naik
·
Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam kebutuhan ADL
·
Saraf yang mungkin terganggu adalah
nervus cranial VII, IX,X, XI, XII
·
Menghindari cedera dan rasa aman
·
Mencegah komplikasi immobilisasi
·
Menghindari dekubitus
·
Mencegah atropi, kontraktur.
·
Bagian yang tertekan memerlukan
perhatian khusus karena beresiko terjadi dekubitus
·
Mencegah foot droop dan kerusakan
kulit
·
Menghilangkan gejala GBS
|
c.
Resiko gangguan integritas kulit :
dekubitus berhubungan kelemahan otot, paralisis, gangguan sensasi, perubahan
nutrisi, inkontinensia.
Data Pendukung
·
Pasien menyatakan kelemahan dan
paresthesia
·
Ketidakmampuan melakukan aktifitas
·
Adanya kelemahan otot yang menjalar ke
atas
·
Kekuatan otot menurun
·
Atropi
·
Hilangnya sensori
·
Hilangnya refleks tendon
·
Perubahan nutrisi
·
Inkontinensia
Kriteria Hasil
·
Pasien mempertahankan kulit tetap
kering dan utuh
·
Mempertahankan daerah yang tertekan
tetap kering dan utuh, bebas dari dekubitus.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji fungsi motorik dan sensorik
setiap 4 jam
2.
Kaji derajat ketergantungan pasien
3.
Monitor daerah yang tertekan
4.
Jaga kebersihan tempat tidur, laken
tetap bersih, kencang dan kering.
5.
Monitor intake dan output nutrisi
6.
Lakukan alih posisi setiap 2 jam
7.
Lakukan ROM
8.
Pertahankan sikap tubuh yang
terapeutik pada bahu, lengan, panggul dan tungkai .
9.
Lakukan masage pada daeraah yang
tertekan
10.
Gunakan alat bantu untuk mencegah penekanan
|
·
Paralisis otot dapat terjadi dengan
cepat dengan pola yang makin naik
·
Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam kebutuhan ADL
·
Mengidentifikasi tanda – tanda awal
dekubitus
·
Laken yang basah, kotor dan kusut
memudahkan terjadinya dekubitus
·
Nutrisi yang adekuat mengurangi
resiko dekubitus
·
Melancarkan aliran darah bagian yang tertekan
·
Mencegah atropi
·
Bagian yang tertekan memerlukan
perhatian khusus karena beresiko terjadi dekubitus
·
Memperlancar aliran darah
·
Mengurangi resiko dekubitus
|
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah, menelan, kelelahan, paralisis
extremitas.
Data Pendukung
·
Pasien menyatakan tidak bisa mengunyah
dan menelan
·
Pasien mengatakan tangannya tidak dapat
digerakkan
·
Ketidakmampuan melakukan aktifitas
·
Terpasang NGT
·
Diet makan, nilai gizi
·
Berat badan menurun
·
Nilai albumin dan Hb
·
Tanda – tanda kekurangan gizi
·
Adanya mual
·
Intake makanan yang masuk tidak sesuai
porsi
Kriteria Hasil
·
Intake makanan sesuai kebutuhan
·
Tidak terjadi aspirasi saat makan
·
Tidak terjadi tanda – tanda kurang
nutrisi
·
Pasien toleran terhadap makanan
parenteral / personde, dengan residu minimal.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji kemampuan menelan dan mengunyah,
fungsi motorik pada ekstremitas
2.
Monitor intake dan output nutrisi
3.
Kaji tanda – tanda kurang gizi :
anemis, nilai albumin, Hb
4.
Berikan makanan sesuai diet tinggi
kalori, tinggi protein
5.
Berikan makanan personde dengan
posisi setengah duduk atau semifowler
6.
Berikan posisi duduk setelah makan
7.
Lakukan perawatan mulut sesudah dan
sebelum makan
8.
Lakukan perawatan infus untuk nutrisi
parenteral setiap hari
9.
Timbang berat badan 3 hari sekali
jika memungkinkan
|
·
Identifikasi kemampuan makan pasien
·
Menentukan adekuatnya kebutuhan
nutrisi pasien
·
Mengetahui status nutrisi pasien
·
Memenuhi kebutuhan nutrisi
·
Menghindari terjadinya aspirasi
·
Menghindari refluks makanan
·
Meningkatkan rasa nyaman dan
meningkatkan nafsu makan
·
Mencegah terjadinya plebitis,
kepatenan infus
·
Mengetahui status nutrisi
|
e.
Gangguan eliminasi : konstipasi, diare
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake makanan immobilisasi
Data pendukung
·
Pasien menyatakan tidak dapat BAB,
diare
·
Ketidakmampuan melakukan
aktivitas/kurang immobilisasi
·
Adanya kelemhan otot yang menjalar ke
atas
·
Kekuatan otot menurun
·
Pola b.a.b di rumah
·
Meningkat atau menurunnya bising usus
·
Diet rendah serat
·
Feses keras atau cair
Kriteria hasil
·
Pola b,a.b teratur
·
Konsistensi feses lembek
·
Bising usus normal
Intervensi
|
rasional
|
1.
Kaji pola b.a.b pasien
2.
Kaji bising usus, frekwensi,
intensitas
3.
Berikan diet tinggi serat
4.
Berikan banyak minum sesuai batas tolenransi
5.
Lakukan ROM, tingkatkan aktivitas
6.
Jaga privasi pasien dalam b.ab
7.
Berikan obat pelembek feses :
laksadin, supposituria, laxative dan enema dan kaji efektivitasnya
|
·
Menentukan perubahan pola eliminasi
·
Bising usus yang lambat dan lemah
memungkinkan terjadinya konstipasi
·
Meningkatkan residu makanan dan
mempelancar b.a.b
·
Memperlancarkan atau melembekan feses
·
Meningkatkan pergerakkan untuk
melancarkan b.a.b
·
Meningkatkan keinginan b.a.b
·
Melembekan feses dan memudahkan
pengeluaran feses
|
f.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan
paralisis saraf kranial vii, trakeostomi
Data pendukung
o Kesulitan dalam
komunikasi
o Penggunaa
bahasa isyarat
o Paralisis saraf
fasilitas
o Adanya
trakeostomi
Kriteria hasil
o Pasien dapat
mengekspresikan diri secara verbal daan nonverbal.
o Mengkomunikasikan
keinginan dan kebutuhan kepada staf atau pengunjung
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji kemampuan komunikasi pasien
verbal/nonverbal
2.
Gunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban
“ya” atau “tidak”
3.
Bicara pelan dan terjadi kontak mata
4.
Gunak bahasa isyarat
5.
Konsulasikan dengan spececk terapi
dalam latohan bicara
6.
Komunikasikan kepada keluarga dan
staf perawat tentang gangguan komunikasi
|
·
Identifikasi kemampuan komunikasi
pasien
·
Memudahkan pasien untuk menjawab
·
Komunikasi mudah dipahami
·
Membantu memudahkan komunikasi
·
Penanganan lebih lanjut
·
Keluarga tidak memaksa untuk
berkomunikasi secara verbal sehingga mengakibatkan rasa frustasi pada pasien
|
g.
Tidak efektifnya koping pasien
sehubungan keadaan penyakitnya
Data pendukung
o Apatis
o Sensitif
o Kesulitan tidur
o Menarik diri
Kriteria hasil
o Pasien
mendemontrasikan koping yan efektif
o Pasien dapat
memandang secara realistik tentang penyakitnya
o Pasien dapat
mengekspresikan perasaan kehilangan dan berespon positif
terhadap keadaan dirinya
o Pasien
kooperatif dan berpartisipasi dalam perawatan dirinya
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji perilaku koping pasien
2. Gali perasaan
dan ketakutan terhadap penyakitnya
3. Berikan
kesempatan pasien untuk mengungkapkan secara verbal tentang gambaran masa
depan
4. Libatkan pasien
untuk berpartisipasi dalam perawatan diri sesuai kemampuannya
5. Hargai
kemampuan yang telah memilki pasien
6. Kolaborasi
dengan psikolog/ pkan kemampuan koping psikiatri dalam meningkatkan kemampuan
koping pasien
|
·
Penyakit GBS dapat menimbulkan
perubahan perilaku dan gaya hidup
·
Menberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengekspresikan perasaannya
·
Membantu mnurunkan ketengangan
·
Pasien merasa dihargai dan
meningkatkan harga diri
·
Menginkatkan harga diri pasien
·
Membantu meningkatkan koping yang
positif
|
h.
Kurangnya pengetahuan pasien / keluarga
berhubungan dengan penyakit, pengobatan, pronogsis dan perawatannya
Data pendukung
o Pasien/
keluarga menyatakan tidak mengetahui penyakitnya
o Pasien/
kelaurga tidak kooperatif dalam perawatan pasien
o Pasien / keluarga
menanyakan tentang penyakitnya
Kriteria hasil
o Pasien /
keuarga memahami tentang penyakit, prognosis, pengobatan dan
perawatan
o Pasien /
keluarga koorperatif dalam perawatan
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji pengetahuan pasien tentang
penyakitnya
2.
Berikan impormasi verbal dan non
verbal tentang penyakitnya
3.
Berikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
4.
Berikan tanggapan yang positif dan
realistik tentang penyakitnya
|
·
Mengindentifikasi tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakit
·
Memahami tentang penyakitnya
·
Memperjelas materi yang diberikan
·
Memberikan motivasi dalam perawatan
pasien
|
3.
IMPLEMENTASI
Ø Mengobservasi pola nafas
Ø Mengauskultasi dada sesuai periodik,
catat adanya bunyi nafas tambahan
juga simetrisan gerak dada
Ø Memeriksa selang terhadap obstruksi
Ø Memeriksa fungsi alaram ventilator
Ø Mempertahankan tas retuitasi
Ø Kolaborasi
Ø Mengkaji susunan ventilator secara
rutin, dan yakinkan sesuai indikasi.
Ø Mengobservasi presentasi konsentrasi O₂
Ø Mengkaji volume tidal (10-15 ml/hg)
Ø Memberikan tambahan oksigen sesuai
kebutuhan pada fase posiktal.
Ø Menyiapkan untuk melakukan intubasi,
jika ada indikasi
4.
EVALUASI
Masalah dikatakan teratasi apabila tidak terdapat sianosis,
saturasi oksigen dalam rentang normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar