Purposive
Sampling
v Purposive Sampling : Disebut juga Judgment
Sampling. Satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang
dikehendaki. Misalnya dalam sebuah penelitian pengelolaan pendidikan yang
bertujuan untuk melihat daya saing SMA dalam kerangka WTO, barangkali untuk tahap
awal akan lebih baik sampel dipilih dari SMA yang memiliki nilai UAN baik,
populer di masyarakat, serta kelulusan siswa masuk PTN cukup tinggi.
v Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya.
Quota
Sampling
v Kuota sampling adalah
metode sampling secara luas digunakan dalam polling pendapat dan riset
pasar. Pewawancara masing-masing diberi kuota subyek jenis tertentu untuk
mencoba untuk merekrut misalnya, pewawancara mungkin diminta untuk pergi keluar
dan memilih laki-laki dewasa 20 dan 20 wanita dewasa, 10 gadis remaja dan 10
anak remaja sehingga mereka bisa mewawancarai mereka tentang mereka menonton
televisi. Ia menderita dari sejumlah kelemahan metodologis, yang paling dasar
yaitu bahwa sampel bukan merupakan sampel acak dan oleh karena itu distribusi
sampling dari setiap statistik tidak diketahui.
v
Teknik sampel ini
adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak
dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
v Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti
ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus
mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai
perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi
tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja
INSIDENTAL SAMPLING
Snowball
Sampling – Sampel Bola Salju
v Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak
tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang
berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan
lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang
lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin
mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup
mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah
selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa
mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil
diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita
lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para
gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)
v Snowball Sampling : Satuan sampling dipilih
atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Misalnya ada
penelitian yang bertujuan untuk mencari cara yang efektif dalam mensosialisasikan
program-program kemahasiswaan. Sampel pertama barangkali bisa dipilih Ketua
BEM, kepada dia kita bertanya, siapa lagi (sebagai sampel ke-2) yang kira-kira
bisa diwawancara untuk diambil pendapatnya, dan seterusnya hingga informasi
dianggap memadai.
Simple
Random Sampling
Sampel Random Sederhana (Simple
Random Sampling).
Proses pengambilan sampel
dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi
untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel dan
dari populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a. Bila jumlah populasi sedikit,
bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
b. Tetapi bila populasinya besar,
perlu digunakan label "Random Numbers" yang
prosedurnya adalah sebagai
berikut:
- Misalnya populasi berjumlah 300
(N=300).
- tentukan nomor setiap unit
populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
- tentukan besar sampel yang akan
diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
- tentukan skema penggunaan label
random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom pertama dan baris pertama)
dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih,
sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3
kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ≤ 300, merupakan nomor sampel
yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ≥ 300, tidak diambil sebagai
sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel belum mencukupi,
lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa
dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor
identifikasi.
Keuntungan:
- Prosedur estimasi m udah dan sederhana
Kerugian :
- Membutuhkan daftar seluruh
anggota populasi.
Stratified Random Sampling
v Stratified Random Sampling atau Sampel Acak
Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas
tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka
peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti
ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga
bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan
perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus
terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah.
Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan
memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas,
manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel
secara acak. Prosedurnya :
- Siapkan “sampling frame”
- Bagi sampling frame tersebut berdasarkan
strata yang dikehendaki
- Tentukan jumlah sampel dalam setiap
stratum
- Pilih sampel dari setiap stratum secara
acak.
Pada
saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan
secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional
adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur
populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas
(I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer
tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160.
Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9
manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah
dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau
elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau
dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa
mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat
menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
v Stratified Random
Sampling :
Populasi dibagi ke dalam sub populasi (strata), dengan tujuan membentuk sub
populasi yang didalamnya membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki nilai
variabel yang tidak terlalu bervariasi (relatif homogen). Selanjutnya dari
setiap stratum dipilih sampel melalui proses simple random sampling.
Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di atas, semua sekolah baik SD
maupun SMP di Jawa Barat diklasifikasikan atau distratifikasi terlebih dahulu
ke dalam sekolah yang berbiaya mahal, sedang, dan murah. Kemudian dari
masing-masing
strata dipilih sekolah dengan
teknik simple random sampling.
Propotional
Random Sampling
Proporsional terhadap
variabilitas parameter kita mempertimbangkan dalam setiap stratus.
Misalnya, jika kita
tahu bahwa varians untuk tinggi pada siswa laki-laki adalah 15 cm dan untuk
siswa perempuan
adalah 5 cm, proporsi siswa laki-laki untuk siswa perempuan adalah 3 banding 1
dan sampel harus
menjaga proporsi itu.
Cluster Random Sampling
v Cluster Random Sampling. Populasi dibagi ke
dalam satuan-satuan
sampling yang besar, disebut Cluster.
Berbeda dengan pembentukan
strata, satuan sampling yang ada
dalam tiap kluster harus relatif heterogen.
Pemilihan
dilakukan beberapa tingkat: (1) Memilih kluster dengan carasimple random
sampling. (2) Memilih satuan sampling dalam kluster. Jikapemilihan dilakukan
lebih dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling.Misalnya dalam
penelitian yang sama seperti di atas, karena Jawa Baratsangat luas, dipilihlah
kabupaten/kota tertentu sebagai sampel klaster ke-1secara random. Dari tiap
kabupaten terpilih dilakukan pemilihan lagi, yaitukecamatan-kecamatan tertentu
dengan cara random sebagai sampelklaster ke-2. Selanjutnya dari masing-masing
kecamatan dilakukanpemilihan sekolah yang juga dilakukan secara random.
v Cluster Random Sampling. Populasi dibagi ke
dalam satuan-satuan
sampling yang besar, disebut Cluster.
Berbeda dengan pembentukan
strata, satuan sampling yang ada
dalam tiap kluster harus relatif heterogen.
Pemilihan dilakukan beberapa
tingkat: (1) Memilih kluster dengan cara simple random sampling. (2) Memilih
satuan sampling dalam kluster. Jika
pemilihan dilakukan lebih dari 2
kali disebut Multi-stage Cluster Sampling.
Misalnya dalam penelitian yang
sama seperti di atas, karena Jawa Barat
sangat luas, dipilihlah
kabupaten/kota tertentu sebagai sampel klaster ke-1
secara random. Dari tiap
kabupaten terpilih dilakukan pemilihan lagi, yaitu
kecamatan-kecamatan tertentu
dengan cara random sebagai sampel
klaster ke-2. Selanjutnya dari
masing-masing kecamatan dilakukan pemilihan sekolah yang juga dilakukan secara
random.
Sampel Random Sistematik
(Systematic Random Sampling)
Proses pengambilan sampel, setiap
urutan ke .K" dari titik awal yang dipilih secara random, dimana:
N (Jumlah anggota populasi)
K =n (jumlah anggota sam pel)
Misalnya, setiap pasien yang ke
tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil
sebagai sampel (pasien No.
3,6,9,15) dan seterusnya.
Cara ini dipergunakan :
- Bila ada sedikit Stratifikasi
Pada populasi.
Keuntungan :-Perencanan dan
penggunaanya mudah.
-Sampel tersebar di daerah
populasi. Kerugian : -Membutuhkan daftar populasi
Sampel Bertingkat (Multi Stage
Sampling)
Proses pengambilan sampel
dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua
maupun lebih.
Misalnya: provinsi kabupaten
Kecamatan desa Lingkungan KK.
Misalnya kita ingin meneliti
Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai
kondisi dan perhitungan, maka
jumlah sampel yang akan diambil ± 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar