Sabtu, 03 Desember 2011

AIDS









AIDS
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak Virus HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.

Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
·  Cara Penularan virus HIV AIDS1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb.

2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex, dsb

3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.

4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita hiv+, Pria meminum susu ASI pasangannya, dsb.

Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
·  Tanda dan Gejala Penyakit AIDSSeseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
·  Penanganan dan Pengobatan Penyakit AIDSKendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.

Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.

Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Padahal jika dipahami secara logis, HIV/AIDS bisa dengan mudah dihindari. Bagaimana itu?
Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 1987, kasus HIV/AIDS ditemukan untuk pertama kalinya hanya di Pulau Bali. Sementara sekarang (2007), hampir semua provinsi di Indonesia sudah ditemukan kasus HIV/AIDS.
Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menyedot perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Namun sesungguhnya masih banyak informasi dan pemahaman tentang permasalahan kesehatan ini yang masih belum diketahui lebih jauh oleh masyarakat.
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi. Sedangkan AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :
  • Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  • Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
  • Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
  • Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
Penularan
HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
  1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
  5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
  1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  2. Dermatitis generalisata yang gatal
  3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
  4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
  1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
  2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
  3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
  4. Bayi yang ibunya positif HIV
HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu ; menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko,tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.
Skrining Dengan Teknologi Modern
Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Periode ini biasa diseput sebagai ‘periode jendela’. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi. Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.
Tipe test yang lain adalah test RNA, yang dapat mendeteksi HIV secara langsung. Waktu antara infeksi HIV dan deteksi RNA adalah antara 9-11 hari. Test ini, yang lebih mahal dan digunakan lebih jarang daripada test antibodi, telah digunakan di beberapa daerah di Amerika Serikat.
Dalam sebagian besar kasus, EIA (enzyme immunoassay) digunakan pada sampel darah yang diambil dari vena, adalah test skrining yang paling umum untuk mendeteksi antibodi HIV. EIA positif (reaktif) harus digunakan dengan test konformasi seperti Western Blot untuk memastikan diagnosis positif. Ada beberapa tipe test EIA yang menggunakan cairan tubuh lainnya untuk menemukan antibodi HIV. Mereka adalah
·         Test Cairan Oral. Menggunakan cairan oral (bukan saliva) yang dikumpulkan dari mulut menggunakan alat khusus. Ini adalah test antibodi EIA yang serupa dengan test darah dengan EIA. Test konformasi dengan metode Western Blot dilakukan dengan sampel yang sama.
·         Test Urine. Menggunakan urine, bukan darah. Sensitivitas dan spesifitas dari test ini adalah tidak sebaik test darah dan cairan oral. Ia juga memerlukan test konformasi dengan metode Western Blot dengan sampel urine yang sama.
Jika seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya.Test HIV selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.
Di Indonesia, rumah sakit besar di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas untuk test HIV/AIDS. Di Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah sakit lain juga sudah memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga sudah memiliki fasilitas yang sama.
Stadium Klinis HIV/AIDS pada Anak dengan Infeksi HIV menurut
 WHO
.
Stadium Klinis 1
  • Tanpa gejala (asimtomatis)
  • Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis 2
  • Hepatosplenomegaly persisten tanpa alasani
  • Erupsi papular pruritis
  • Infeksi virus kutil yang luas
  • Moluskum kontagiosum yang luas
  • Infeksi jamur di kuku
  • Ulkus mulut yang berulang
  • Pembesaran parotid persisten tanpa alasan
  • Eritema lineal gingival (LGE)
  • Herpes zoster
  • Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang atau kronis (ototis media, otore, sinusitis, atau tonsilitis)
Stadium Klinis 3
  • Malanutrisi sedang tanpa alasan jelas tidak membaik dengan terapi baku
  • Diare terus-menerus tanpa alasan (14 hari atau lebih)
  • Demam terus-menerus tanpa alasan (di atas 37,5°C, sementara atau terus-menerus, lebih dari 1 bulan)
  • Kandidiasis oral terus-menerus (setelah usia 6-8 minggu)
  • Oral hairy leukoplakia (OHL)
  • Gingivitis atau periodonitis nekrotising berulkus yang akut
  • Tuberkulosis pada kelenjar getah bening
  • Tuberkulosis paru
  • Pneumonia bakteri yang parah dan berulang
  • Pneumonitis limfoid interstitialis bergejala
  • Penyakit paru kronis terkait HIV termasuk brokiektasis
  • Anemia (<8g/dl), size=”4″>Stadium Klinis 4
  • gagal tumbuh yang berat atau malanutrisi berat tanpa alasan dan tidak menanggapi terapi yang baku
  • Pneumonia Pneumosistis (PCP)
  • Infeksi bakteri yang parah dan berulang (mis. empiema, piomisotis, infeksi tulang atau sendi, atau meningitis, tetapi tidak termasuk pneumonia)
  • Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial atau kutaneous lebih dari 1 bulan atau viskeral pada tempat apa pun)
  • Tuberkulosis di luar paru
  • Sarkoma Kaposi
  • Kandidiasis esofagus (atau kandidiasis pada trakea, bronkus atau paru)
  • Toksoplasmosis sistem saraf pusat (setelah usia 1 bulan)
  • Ensefalopati HIV
  • Infeksi sitomegalovirus: retinitis atau infeksi CMV yang mempengaruhi organ lain, yang mulai pada usia lebih dari 1 bulan)
  • Kriptokokosis di luar paru (termasuk meningitis)
  • Mikosis diseminata endemis (histoplasmosis luar paru, kokidiomikosis)
  • Kriptosporidiosis kronis
  • Isosporiasis kronis
  • Infeksi mikobakteri non-TB diseminata
  • Limfoma serebral atau non-Hodgkin sel-B
  • Progressive multifocal leucoencephalopathy (PML)
  • Nefropati bergejala terkait HIV atau kardiomiopati bergejala terkait HIV

Daftar Pustaka
http://www.depkes.go.id/. Fakta Tentang HIV dan AIDS. 05 Dec 2006.
http://www.depkes.go.id/. Kumulatif Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2006.
http://www.hivtest.org/. Frequently Asked Question on HIV/AIDS. 2007.

 

 

 

 

HIV/AIDS Tak Lagi Mematikan

Sumber : Jawa Pos, 21 Oktober 2008 - PDPI Malang. 21/10/08.
Obat Gratis, Bidik Angka Kematian Turun Jadi 5 Persen

Dua dekade terakhir, HIV/AIDS jadi momok yang menghantui seluruh dunia. Penyakit yang menyerang sistem imun tubuh itu memang dikenal mematikan. Apalagi, belum ada obat yang ampuh untuk menanggulanginya.

Namun, menurut dr Nasronudin SpPD, HIV/AIDS saat ini tidak perlu dianggap sebagai momok lagi. "AIDS bukan lagi penyakit mematikan. Masih ada peluang untuk menyembuhkannya," tutur ketua Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (Unair) itu saat ditemui di kantornya kemarin (20/10).

Nasronudin mengatakan, sudah ada obat yang bisa menekan HIV (virus penyebab AIDS), yakni ARV (obat antivirus). "Obat ini telah diberikan kepada pasien AIDS stadium IV yang dirawat di UPIPI (Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi, Red) RSU dr Soetomo," tambah pria berkacamata itu.

Hasilnya, jumlah virus dalam darah pasien menurun tajam. Pada penderita AIDS stadium IV, jumlah virus bisa mencapai 100 ribu per cc darah. Setelah diberi obat tersebut selama enam bulan berturut-turut, jumlah virus bisa ditekan menjadi 50 per cc darah. Kalau diteruskan hingga dua tahun atau lebih, jumlah virus tinggal 5 per cc darah. "Setelah itu tidak bisa diturunkan lagi," terang Nasronudin.

Namun, lanjut dia, ada cara lain untuk menekan jumlah virus yang tinggal sedikit tersebut. Yakni, memberikan gizi yang baik dan nutrisi yang mengandung multivitamin, multimineral, dan trace element. "Ini bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Jika ditambahi obat, sistem kerjanya seperti dua tangan yang dapat menekan lebih baik," jelasnya.

Di RSU dr Soetomo, kata Nasronudin, angka kematian pasien AIDS terus menurun sejak ARV diberikan pada 2004. Saat itu angka kematian mencapai 100 persen. Setahun kemudian, angka kematian turun drastis menjadi 27,9 persen. Pada 2006, angka turun lagi menjadi 18,6 persen. Tahun lalu, penderita AIDS yang meninggal tinggal 16,7 persen. "Kami berusaha menekan angka kematian hingga 5 persen," tutur Nasronudin.

Dia menegaskan, untuk bisa normal, penderita harus disiplin melakukan kontrol. Mereka juga wajib terus memenuhi kebutuhan gizi agar ketahanan tubuh terjaga. Sebab, ingat Nasronudin, perkembangan virus AIDS sangat cepat. "Sekali beranak, jumlahnya bisa 10 pangkat 10 per hari. Dengan rutin kontrol, kami bisa memantau jumlah virus dalam darah," paparnya.

Saat ini, masih menurut Nasronudin, penderita AIDS juga tidak perlu kebingungan mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan ARV. Sebab, pemerintah memberikannya secara gratis. "Kalau beli bisa Rp 2 juta-Rp 3 juta per bulan," ujarnya.

Yang perlu diingat, obat tersebut punya efek samping. Penderita AIDS bisa bermasalah dengan ginjal, liver, hemoglobin, dan mengalami erupsi kulit. "Perlunya kontrol juga untuk meminimalkan efek itu," katanya.

Meskipun tak lagi mematikan, kata Nasronudin, AIDS tetap tidak bisa dianggap remeh. Karena itu, dia berharap agar masyarakat tidak mencoba hal-hal yang bisa memicu penularan penyakit tersebut. "Potensi penularan masih sangat tinggi," tegasnya.   












Tidak ada komentar:

Posting Komentar